Melestarikan Bahasa dan Aksara Bali Ditengah Kemajuan Teknologi

Bali sebagai satu bagian dari wilayah Indonesia tidak dipungkiri lagi sudah sangat terkenal di seantero jagat, baik karena keindahan alam, kesenian, keramahan penduduk maupun hal lainnya. Bahkan saking terkenalnya, sampai pernah ada semacam joke, “Indonesia itu disebelah mananya Bali”. Dengan keterkenalan Bali tersebut, banyak hal yang masuk ke Bali, mulai dari perdagangan, pendidikan, budaya bahkan sampai industry teknologi yang canggihpun menggunakan Bali sebagai salah satu lokasi strategisnya. Kemajuan serta perkembangan jaman sangat berpengaruh terhadap prilaku masyarakat Bali, Kota Denpasar pada khususnya. Sudah merupakan hal yang lumrah apabila kita melihat anak-anak sudah fasih menggunakan berbagai jenis gadget yang dimiliki. Dan sudah jamak pula kalau kita melihat banyak anak yang tidak menggunakan bahasa Bali dalam bahasa kesehariannya. Bahasa Bali sepertinya terpinggirkan dengan adanya kemajuan jaman serta perkembangan pesat teknologi tersebut. Bahkan di sekolah-sekolah ada ruangan yang dimanfaatkan sebagai Lab Bahasa Inggris….namun adakah Lab Bahasa Bali di sekolah tersebut? Kiranya masih dapat diingat saat para orang dewasa saat ini ketika masih duduk di bangku sekolah, kira-kira mata pelajaran apa yang menjadi “momok” saat itu. Jawabannya berkisar pada pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi maupun Kimia. Namun sekarang apa yang terjadi? Bahasa Bali telah menjadi “momok” bagi para pelajar. Kenapa hal itu bisa terjadi? Lingkungan merupakan salah satu alasan kenapa Bahasa Bali bisa berada pada posisi seperti itu. Bahasa keseharian anak-anak, mulai dari rumah, teman-teman sepergaulan bahkan di sekolah lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia ketimbang Bahasa Bali sekalipun itu dilakukan dengan sesama orang Bali. Menggunakan Bahasa Bali, terutama berbahasa Bali yang baik dan benar dianggap sulit, sehingga penggunaan Bahasa Indonesia lebih sering digunakan. Ditengah kemajuan teknologi sekarang ini, hal tersebut sangat mengkhawatirkan, karena kalau keadaan ini dibiarkan terus terjadi, maka lama kelamaan Bahasa Bali, termasuk Aksara Balinya, akan menghilang. Dan janganlah sampai terjadi, kita warga Bali menggunakan bahasa daerah atau bahkan Negara lain menjadi bahasa ibu atau bahasa kesehariannya. Janganlah sampai kemajuan jaman serta kemajuan teknologi sampai “menghilangkan” Bahasa Bali. Kiranya perlu disiasati bagaimana menggunakan kemajuan teknologi tersebut untuk pelestarian bahasa dan aksara Bali. Aksara Bali yang kita kenal adalah aksara yang memiliki cirri khas yang membedakannya dengan akasara latin maupun aksara lainnya. Banyak ketentuan dalam penulisan aksara Bali yang harus diketahui, mulai dari penggunaan gantungan atau gempelan ataupun ketentuan-ketentuan lainnya. Dalam upaya pelestarian penggunaan aksara Bali tersebut ditemui beberapa kendala, diantaranya adalah kurangnya alat bantu untuk mengakomodir pemikiran-pemikiran dalam penggunaan aksara Bali tersebut. Memang diakui sudah ada beberapa produk aplikasi yang menggunakan aksara Bali sebagai hasil akhirnya. Namun dari beberapa aplikasi tersebut masih dirasakan adanya kelemahan, diantaranya: Masih tergantung pada produk lain, yaitu Microsoft Office. Disaat terjadi pengembangan pada Microsoft Office tersebut yang tidak dibarengi dengan pengembangan pada aplikasi aksara Bali, maka aplikasi aksara Bali tersebut tidak bisa dijalankan pada Microsoft Office versi terbaru tersebut; Aplikasi aksara Bali yang ada sekarang ini tidak multi platform, dalam artian hanya bisa dijalankan pada komputer yang menggunakan Operating System tertentu saja. Apabila menggunakan komputer dengan Operating System lainnya maka aplikasi aksara Bali tersebut tidak bisa dijalankan; Adanya konversi dari tulisan latin ke aksara Bali. Kita tinggal mengetik kata dengan menggunakan keyboard yang ada maka hasil akhirnya akan muncul berupa kata dalam aksara Bali. Dalam hal ini tidak terjadi proses pembelajaran dan pelestarian ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam penulisan aksara Bali; Bahkan ada aplikasi yang bisa melakukan auto correction bila terdapat kesalahan dalam penulisannya. Apabila kita melakukan kesalahan dalam penulisan aksara Bali, aplikasi ini akan melakukan koreksi terhadap kesalahan tersebut. Dengan keadaan ini juga tidak terjadi proses pembelajaran dalam penulisan aksara Bali. Menyadari akan hal tersebut, Walikota Denpasar mengambil sikap tegas dan bijak dengan memunculkan ide awal yaitu bagaimana caranya untuk memanfaatkan kemajuan teknologi untuk melestarikan penulisan aksara Bali serta ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam penulisan aksara Bali tersebut. Akhirnya ditunjuklah SMK1 Denpasar yang disupport oleh Fakultas MIPA, jurusan Komputer UNUD untuk mewujudkan ide tersebut. Aplikasi yang dibangun dinamai TAMIANG. Kata Tamiang atau Tameng mempunyai makna sebagai alat penangkis senjata dan juga sebagai alat perlindungan diri. Dalam hal ini Tamiang dibuat adalah untuk “menangkis” kemajuan jaman serta kemajuan teknologi yang bisa “menghilangkan” bahasa dan aksara Bali serta melindungi aksara Bali dari “kepunahan” sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang terjadi. Tamiang yang menunjuk pada 9 (Sembilan) arah mata angin yang merupakan perputaran roda alam mengingatkan kita pada hukum alam. Jika kita tidak mampu menyesuaikan diri dengan alam atau justru tidak taat dengan hukum alam resikonya adalah kita akan tergilas oleh roda alam. Itulah filosofi yang diambil dalam penamaan aplikasi ini. Perbedaan yang mendasar antara Tamiang dengan aplikasi yang sudah ada sebelumnya adalah untuk bisa menggunakan Tamiang seseorang harus menguasai ketentuan-ketentuan dalam penulisan aksara Bali, sedangkan pada aplikasi sebelumnya, sekalipun kita tidak menguasai aksara Bali serta ketentuan-ketentuannya, kita masih bisa “menulis” aksara Bali. Tinggal pencet tombol-tombol pada keyboard makadi layar monitor muncullah kata atau kalimat dalam aksara Bali. Sebagai contoh, untuk menulis kata DESA dalam Tamiang, maka harus dipencet huruf “e” terlebih dahulu disusul dengan huruf “d” dan selanjutnya. Sementara pada aplikasi sebelumnya kita tinggal pencet “desa” maka akan muncul kata DESA dalam aksara Bali. Keyboard yang digunakanpun berbeda dengan keyboard konvensional, yaitu sudah menggunakan aksara Bali pada tombol-tombolnya. Susunan huruf atau aksaranyapun tidak sama dengan susunan huruf pada keyboard konvensional, dimana pada keyboard konvensional susunan huruf pada bagian atas diawali dengan huruf Q-W-E-R-T-Y dan seterusnya, sementara pada keyboard Tamiang berbeda. Perbedaan penempatan susunan huruf pada keyboard Tamiang didasarkan pada hasil penelitian terhadap dokumen-dokumen yang berbahasa Bali yang yaitu aksara-aksara yang paling sering digunakan pada naskah berbahasa Bali. Sebagai gambaran umum dari aplikasi Tamiang yang merupakan satu perangkat lunak dalam pemrosesan dokumen yang digunakan untuk membuat atau menyusun dokumen dengan menggunakan aksara Bali, yang disusun sesuai dengan standar/ISO, dengan Balinese Unicode 1B00-1B7F, adalah sebagai berikut : Nama aplikasi : AKSARA BALI Platform : Windows, Linux, MacOS Bahasa Pemrograman : Java

Posting KomentarDefault Comments

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent


Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item